SUPAYA BELAJAR BAHASA INGGRIS TIDAK TERASA BERAT

Oleh: Yupika Maryansyah

Saya mungkin termasuk orang yang berpandangan bahwa belajar bahasa inggris itu biasa- biasa saja. Awal perkenalan saya dengan bahasa inggris dimulai sebelum saya masuk ke Sekolah Dasar. Waktu itu ada paman saya lumayan bisa berbahasa inggris. Saya sering melihat beliau belajar. Saya jadi penasaran dan mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan sederhana seputar kata-kata dalam bahasa inggris. Misalnya, “Api itu apa bahasa inggrisnya”, Air apa bahasa inggrisnya? dan lain-lain. Pertanyaan-pertanyaan saya dijawab seadanya oleh paman saya itu. Saya mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti ini hampir setiap kali melihat beliau belajar. Apa yang saya tanyakan lengket di ingatan saya. Sehingga setelah saya menyelesaikan Sekolah Dasar, ketika saya masuk ke sebuah pesantren, dimana siswanya diasramakan dan menggunakan bahasa inggris dan arab dalam berkomunikasi sehari-hari, saya sudah bisa memperkenalkan diri dan berbincang sedikit-sedikit dengan pengurus asrama dalam bahasa inggris, walaupun belum kenal dengan grammar, spelling apalagi pronunciation.

Dari awal berkenalan dengan bahasa inggris (sebelum memulai Sekolah Dasar) hingga sekarang sebagai seorang pengajar bahasa inggris, saya merasa cara belajar bahasa inggris saya tidak begitu ngotot, dan juga tidak juga terasa berat. Saya punya formula yang yang sedikit unik. Secara umum, saya menyelipkan proses belajar dalam aktifitas sehari-hari. Di samping itu, saya juga suka menghubungkan sesuatu dengan hal lain, dengan demikian saya sering melakukan beberapa proses dalan satu waktu. Misalnya, ketika saya pergi ke suatu tempat, saya melihat ada tulisan dalam bahasa inggris “leisure” pada baju orang yang melintas di depan saya dan saya belum tahu artinya dalam bahasa Indonesia, maka saya akan mengingatnya hingga pulang ke rumah. Setibanya di rumah, saya akan melihat kamus untuk mencari tahu apa arti kata tersebut di atas. Selanjutnya saya akan mempraktikkan kata tersebut dalam kalimat. Artinya terjadi proses mengingat tulisan “leisure” sampai saya membuka kamus, dan praktik bahasa ketika saya sudah mengetahui makna kata bersangkutan. Saya merasakan proses seperti ini bagus untuk menempatkan suatu kata pada memori jangka panjang saya.

Saya juga sekali-sekali pergi nonton ke bioskop. Ketika menonton film yang berbahasa inggris, saya sering memadu padankan apa yang diucapkan pelakon di dalam film dengan teks bahasa Indonesia yang ada di bawahnya. Hal ini bukan hanya saya lakukan di bioskop, tapi juga ketika menonton film, film seri, ataupun kartun di televisi di rumah. Saking senangnya nonton kartun di rumah, sampai-sampai saya masih hafal semboyan film kartun Tarzan tahun 87an, “king of the jungle”. Hal semacam ini saya lakukan selama belum mempunyai laptop atau komputer sendiri di rumah. Ketika sudah mempunyai komputer sendiri, saya sering meminta file film yang berbahasa inggris dengan teman-teman, atau mengunggah sendiri dari internet. Menonton dengan cara begini lebih enak lagi, saya bisa mematikan teks (subtitle) Indonesia yang ada dibawah layar dan mencoba memahami cerita dengan hanya mendengarkan dialog dalam film itu. Belajar dengan cara begini juga saya lakukan dengan lagu-lagu berbahasa inggris.

Dialog-dialog yang didapatkan dari dari film sering saya praktikkan di depan cermin kamar mandi sambil menyisir rambut. Memang sekilas seperti orang yang kurang waras, tapi bagi saya ini menyenangkan. Jika sudah begini, saya tak tanggung-tanggung, bukan hanya dialog yang saya ikuti, tapi intonasi dan mimik ketika bicara juga saya tiru. Memang sekilas tampak seperti orang gila. Aksen dari dialog juga saya perhatikan, apakan aksen British atau American. Film Harry Potter menjadi rujukan saya untuk British English, sedangkan untuk American English, saya suka film-film yang dibintangi oleh Brad Pitt dan Jhoni Deep karena kedua tokoh ini sangat pandai berganti-ganti aksen tergantung peran yang mereka mainkan. Dalam proses ini, tanpa disadari saya mempelajari Listening,Reading, Speaking dan juga Pronunciation.

Untuk Writing, saya merasa lebih banyak saya dapatkan di bangku kuliah, karena banyak membuat tugas kuliah yang sebagian besar tulisan-tulisan ilmiah. Tetapi tetap saja ada yang unik dalam belajar menulis ini. Saya sering menghafalkan tulisan suatu kata dalam imajinasi saya. Artinya hanya khayalan saya saja yang menulis, tetapi tangan saya tidak mengerjakan apa-apa. Ini sering saya lakukan ketika baru mengenal suatu kata tertentu. Saya betul-betul menyadari bahwa kalimat akan terbentuk mulai dari susunan huruf-huruf, dari huruf menjadi kata, dari kata menjadi prase atau klausa, disatukan dan barulah menjadi kalimat. Makanya saya piker saya perlu banyak hafal tulisan kata-kata sebelum menulis paragaraf, bahkan suatu teks.

Dalam hal belajar bahasa inggris di dalam kelas, bagi saya merupakan wadah untuk mendapatkan guidline yang umum-umum saja. Dan ada satu hal lagi yang penting, di dalam kelas adalah tempat menyatukan dan menghubungkan apa yang saya dapat di luar kelas. Betapa banyak hal yang saya dapatkan dari luar kelas yang telah terbukti bisa menunjang belajar saya di dalam kelas. Namun kalau boleh saya kuantitatifkan bobotnya, saya berani mengakatakan bahwa yang saya dapatkan di luar kelas jauh lebih banyak daripada apa yang saya dapat dari dalam kelas.

Saya tidak memprioritaskan skill apa yang saya pelajari terlebih dahulu, atau komponen apa yang mesti dipelajari terlebih dahulu. Dalam teori, ada yang menyatakan bahwa mempelajari vocabulary terlebih dahulu lebih baik, ada juga yang menyatakan bahwa skill seperti speaking bagus untuk dipelajari terlebih dahulu. Bagi saya semua itu kembali pada tipe cara belajar orang per orang.

Menurut hemat saya, ada beberapah hal yang mungkin perlu diperhatikan supaya proses belajar bahasa inggris ini tidak terasa berat. Pertama, tanamkan motivasi dan persepsi yang positif terhadap bahasa inggris yang akan melahirkan ketertarikan. Ini akan membangun semangat pantang menyerah ketika menemui kendala dan tantangan dalam belajar. Kedua, sadari betul bahwa proses belajar bahasa inggris itu bukanlah proses instan yang bisa dilakukan dalam waktu yang singkat. Sama halnya dengan kita belajar bahasa Indonesia. Sampai sekarangpun bahasa Indonesia kita belum tentu bagus karena nyatanya masih ada kata tertentu yang belum kita ketahui maknanya dan masih banyak kaidah bahasa Indonesia yang benar yang belum kita praktikkan. Cobalah menyelipkan proses belajar dalam kehidupan sehari-hari, dengan demikian kita akan terus belajar dan tidak mesti bergantung dengan apa yang diajarkan di kelas saja, dan tanpa kita sadari, dengan berjalannya waktu kita akan mendapat banyak. Asalkan keinginan untuk belajar selalu diaktifkan karena sesungguhnya apa yang kita lihat dan temui sehari-hari bisa dijadikan sarana belajar dengan cara menghubung-hubungkannya dengan bahasa inggris. Dan terakhir, apa yang sudah kita dapatkan baik dari dalam kelas maupun luar kelas perlu dijaga eksistensinya di memori kita dengan cara mengulang-ulang dan sering melakukan flash back. Ketika kita bertemu sesuatu yang telah lama kita pelajari, maka sedapat mungkin kembalikan memori kepada hal-hal yang berhubungan dengan apa yang kita pelajari dahulu, atau hal-hal yang yang terjadi ketika kita mempelajari sesuatu tersebut.

Bengkulu, 6 April 2012